Presiden Donald Trump dengan tegas menyatakan bahwa Yerussalem adalah ibukota Israel. Meskipun, kata dia, dulu Amerika menolak mengakuinya. Hal itu ia utarakan dalam pidato resmi kenegaraan di Gedung Putih, Washington (7/12).
“Yerusalem bukan hanya pusat tiga agama besar, tapi sekarang juga menjadi pusat salah satu demokrasi paling sukses di dunia. Selama tujuh dekade terakhir, rakyat Israel telah membangun sebuah negara di mana umat Yahudi, Muslim dan Kristen dan orang-orang dari semua keyakinan bebas untuk menjalankan kehidupan dan beribadah menurut nurani mereka dan menurut kepercayaan mereka,” tuturnya.
Ia juga menyatakan bahwa Yerusalem saat ini harus senantiasa menjadi tempat di mana umat Yahudi berdoa di Tembok Ratapan, umat Kristen yang beribadah menapaki jalan salib, dan di mana umat Muslim beribadah di Masjid Al-Aqsa. ”
“Yerusalem adalah ibu kota Israel. Tidak lebih dan juga tidak kurang,” tegasnya.
Trump juga menyatakan bahwa hal ini merupakan sebuah pengakuan atas sebuah realitas, yang harus benar-benar untuk dilakukan.
“Saya meminta para pemimpin di wilayah ini (baik politik maupuun agamawan) semua rakyat Israel dan Palestina, baik umat Yahudi dan Kristen dan Muslim, untuk sebuah perdamaian abadi,” serunya di akhir pidato.
Pengakuan Trump dan Amerika Serikat ini juga menimbulkan kegaduhan di dunia internasional. Apa yang dilakukan oleh Trump ini jelas akan membuat penderitaan warga Palestina kian tinggi dan berpotensi memicu peperangan kembali di Palestina dan menghentikan proses damai antar kedua belah yang telah berlangsung.
Yerussalem sendiri direbut oleh Israel ketika terjadi tahun 1967 dan menjadikannya tempat tinggal baru mereka dengan mengindahkan penduduk Palestina.