Adalah Abu Abdullah bin ‘Ashim al-Anthaki, salah seorang ulama ahlussunnah wal jamaah yang merupakan sufi besar abad ketiga Hijriah. Abu Sulaiman ad-Darani memberinya julukan “Jasus al-Qulub” (orang yang memiliki kemampuan membaca hati orang lain) karena kekuatan firasat-nya. Ad-Dzahabi memberinya gelar al-Imam al-Qudwah (pemimpin teladan) dan juru nasehat masyarakat Damaskus. Ia lahir pada tahun 140 H dan wafat tahun 239 H.
Ibnu Mulqin dalam Thabaqat as-Shufiyyah (47) mengatakan bahwa Abu Ali Ahmad bin ‘Ashim al-Anthaki satu kurun dengan sufi besar as-Sari as-Saqathi.
Guru dan muridnya
Selain sebagai seorang sufi, al-Anthaki merupakan ahli hadis ternama. Oleh karenanya, dalam sejumlah literatur biografi yang mengulas dirinya hampir menyebutkan jalur periwayatan hadisnya. Ia meriwayatkan hadis dari Abu Muawiyah Ad-Dharir, Makhlad bin al-Husain, Haitsam bin Jamil, Ishaq bin Ibrahim al-Hunaini. Sedangkan murid-murid yang meriwayatkan darinya adalah Ahmad bin Abu Al-Hiwari, Abu Zur’ah ad-Dimasyqi, Mahmud bin Khalid, Abdul Aziz bin Muhammad ad-Dimasyqi, dan sejumlah murid lainnya. Murid-muridnya banyak jumlahnya. Di antaranya adalah al-Hiwari, Mahmud bin Khalid, Abu Zur’ah al-Dimasyqi, Mahmud bin Khalid, Abdul Aziz bin Muhammad ad-Dimasyqi.
Apresiasi ulama terhadapnya
Abu Hatim Ar-Razi: Aku berjumpa dengannya di Damaskus. Ia adalah ahli asketik dan penasehat spiritual. Konon, ia satu generasi dengan sufi besar lainnya seperti Bisyr al-Hafi dan Sari as-Saqathi. Ia dikenal dengan jasus al-qulub.
Ahmad bin Abu al-Hiwari meriwayatkan dari gurunya bahwa suatu ketika Al-Anthaki berkata, “Ketika interaksi sosial itu sampai ke lubuk hati, maka seluruh anggota badan akan beristirahat. Inilah ghanimah yang dingin.
Ibnu Hatim ar-Razi meriwayatkan dari Ali bin Abdurrahman bahwa Ahmad bin ‘Ashim berkata kepadanya: Sedikitnya rasa takut dalam diri seseorang menunjukkan akan sedikitnya rasa kesedihan di dalam hati seseorang. Sebagaimana rumah tanpa penghuni. Ia akan cepat rusak dan roboh.
Abu Zur’ah mengatakan bahwa ia menuliskan kalam hikmah yang di-imla’-kan oleh Ahmad bin ‘Ashim al-Anthaki. Kalam hikmah yang dimaksud adalah ihwal karakter dasar manusia. Menurutnya manusia terdiri dari tiga kelompok.
Pertama, mereka yang bisa menguasai watak dasarnya yakni orang-orang mukmin. Mereka akan segera ingat kepada Allah saat mereka luput.
Kedua, orang yang karakternya terkalahkan. Saat mereka tergelincir ke dalam keluputan kemudian diberikan nasehat maka dengan kekuatan nalarnya akan kembali ke jalan yang benar.
Ketiga, orang yang tidak memiliki karakter yang kuat. Kelompok terakhir ini tidak bisa diingatkan dengan mauidzah atau nasehat.
Pada intinya, watak dasar manusia dengan kekuatan nalar dan kelapangan hatinya untuk menerima nasehat memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik. Pertanyaannya, seberapa kuat nalar dan kelapangan hatinya menerima kesalahan yang telah dilakukannya.
Wallahu A’lam bi as-Shawab