7 Karakter Dakwah Rasulullah Muhammad Saw.

7 Karakter Dakwah Rasulullah Muhammad Saw.

Rasulullah memiliki beberapa karakteristik yang patut dicontoh oleh segenap kaum muslim yang ingin melanjutkan cita-cita mulia Rasulullah

7 Karakter Dakwah Rasulullah Muhammad Saw.

“Jika seseorang tidak mempelajari sosok Rasulullah Muhammad SAW, maka akan banyak nilai-nilai kebaikan yang luput dari perhatian manusia, akan banyak samudera ilmu yang hilang dari dunia ini” Begitulah ungkapan Raghib as-Sirjani dalam karyanya yang berjudul Arrahmah fi Hayatin Rasulullah (welas asih dalam kehidupan Rasulullah).

Rasulullah Saw. merupakan sosok yang paling ideal yang menjadi contoh dan panutan dalam segala hal. Ia adalah seorang sahabat yang baik hati; juga seorang pemimpin yang bijak; seorang suami yang sayang keluarga; seorang da’i yang santun dan lembut.

Banyak predikat disandang Rasulullah yang menjadi suri tauladan bagi umatnya ini. Ketika mendakwahkan Islam, banyak sekali perubahan-perubahan yang dilakukan Rasulullah ketika berhadapan dengan masyarakat jahiliyah yang memiliki sifat-sifat buruk seperti suka perang, membunuh anak, perbudakan, penindasan perempuan dan orang-orang lemah. Semuanya bisa dihapuskan secara perlahan dan pasti dengan jalan dakwah Rasulullah yang sangat humanis.

Dalam menyebarkan ajaran Islam, Rasulullah memiliki beberapa karakteristik yang patut dicontoh oleh segenap kaum muslim yang ingin melanjutkan cita-cita mulia Rasulullah Muhammad SAW sebagai da’i (orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan). Di antara karakteristik tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

Solutif

Dalam menghadapi banyak persoalan, Rasulullah menjadi problem solver yang bijak, misalnya saat sampai di Madinah, saat Rasulullah menghadapi masyarakat yang heterogen yang sering berselisih, Rasulullah mempersaudarakan kalangan muhajirin (yang ikut hijrah dengan Rasulullah) dengan kalangan Anshor (penduduk asli Madinah). Setelah itu, baru Rasulullah Membangun struktur politik dengan Yahudi dan penduduk Madinah lainnya yang dikenal dengan Piagam Madinah (Shahifah al-Madinah).

Memudahkan

Rasulullah dalam banyak hal memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam beragama. Dalam salah salah satu sabdanya, “sungguh beragama itu mudah, jangan diberat-beratkan.” Rasulullah pernah memarahi seorang imam shalat yang memperpanjang bacaan shalat karena memberatkan makmumnya.

Dalam hadis tentang keutamaan siwak, Rasulullah bersabda, “Andaikan tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintah mereka di setiap mau berwudhu.” Ungkapan ‘andai tidak memberatkan’ adalah bentuk kasih sayang Rasulullah agar umatnya tidak mengalami kesulitan dalam beragama.

Tegas

Rasulullah juga sosok yang tegas dalam memutuskan sesuatu. Saat kaum Yahudi mengkhianati perjanjian piagam Madinah dan ketahuan berencana untuk membunuh Rasulullah, Rasulullah didukung para sahabat yang lain secara tegas menindak dan mengusir kaum yahudi yang melanggar tersebut.

Bertahap

Dakwah Rasulullah dilakukan secara berproses dan bertahap tidak secara tiba-tiba. Sebelum berdakwah Rasulullah telah mengukir catatan pribadi yang baik dalam masyarakat, hingga ia dijuluki al-Amin (terpercaya). Baru kemudian Rasulullah berdakwah. Tradisi mabuk-mabukan yang sangat mengakar di kalangan para sahabat, oleh Rasulullah dirubah secara pelan-pelan dan perlahan hingga pada akhirnya diharamkan secara total.

Welas asih (Menyayangi)

Sikap ini menjadi salah satu karakter utama dalam misi dakwah Rasulullah. Banyak pesan Rasulullah tentang welas asih terhadap sesama makhluk. Salah satunya tercermin dari sikap Rasulullah saat ada orang badui kencing di pojok masjid yang kemudian mau dipukuli oleh para sahabat.

Rasulullah melarangnya dan membiarkan badui tersebut menyelesaikan kencingnya hingga selesai, baru kemudian dinasehati dengan nasehat yang lemah-lembut. Dalam riwayat lain, Rasulullah pernah minta mendoakan orang-orang musyrik agar mendapatkan adzab dari Allah, namun Rasulullah menolaknya seraya berkata, “Saya tidak diutus sebagai orang yang suka melaknat tetapi saya diutus dengan membawa rahmat (welas asih).”

Memaafkan

Keluhuran budi Rasulullah dalam berdakwah adalah memaafkan yang pernah salah. Ketika perjalanan menuju fathu mekkah, para sahabat merasa geram dan ingin segera membalas dendam atas penindasan yang dilakukan oleh masyarakat Mekkah. Tetapi sesampai di Mekkah saat semuanya tidak bisa berkutik, Rasulullah dengan santai, “Ini adalah hari kasih sayang, kalian bebas!” Rasulullah memaafkan orang-orang yang pernah dzalim kepada Rasulullah dan sahabatnya.

Mengedepankan harmoni

Rasulullah tidak memaksa masyarakat menjadi masyarakat yang homogen. Yang ditekankan Rasulullah adalah harmoni. Meskipun masyarakat berbeda-beda semuanya bisa berdampingan dan harus saling menghormati dan melindungi sebagaimana tercermin dari piagam Madinah, yang salah satu pasalnya adalah, mereka (penduduk Madinah) adalah bangsa yang satu (ummah wahidah).

Wallahu a’lam.