K.H Mustofa Bisri menyebutkan bahwa seorang pengikut Gus Dur perlu meneladani beberapa hal yang dilakukan sahabat karibnya itu.
Hal ini disampaikan Gus Mus saat penutupan Temu Nasional (Tunas) Jaringan Gusdurian di Asrama Haji Surabaya, 16 Agustus 2022.
Pertama, rahmah atau kasih sayang. Menurut Gus Mus, sikap rahmah Gus Dur ini merupakan teladan langsung dari Rasulullah Saw.
Rahmah tidak hanya kepada sesama kelompok, tetapi juga kepada semua manusia tanpa terkecuali.
”Beliau merahmati seluruh manusia,” terang Gus Mus.
Bahkan menurut Gus Mus, selama di Mesir, Gus Dur yang memberinya makan hingga pengasuh pesantren Roudhotut Tholibin Rembang ini mendapat beasiswa.
Kedua, kemanusiaan.
Jika selama ini kita mengenal Ukhuwah Wathaniyah, Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Nahdliyah, Gus Dur mengenalkan kita cara mengamalkan ukhuwah basyariyah. Semua hal itu telah diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw
Oleh karena itu, Gus Mus bahagia karena acara Temu Nasional Gusdurian dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal, bulan maulid. Sebab selain mengenang dan meneladani Gus Dur, perlu juga mengingat teladan Rasul Saw.
“Gus Dur hanya melanjutkan apa yang dilaksanakan sang pemimpin agung,” terang Gus Mus.
Menurut Gus Mus, Allah menakdirkan Gus Dur ini meniru nabi. Kalau meneladani nabi terlalu jauh, kita bisa melihat Gus Dur.
Ketiga, rajin membaca dan belajar.
K.H Mustofa Bisri menyebutkan bahwa salah satu hal yang perlu diteladani dari Gus Dur adalah tidak pernah berhenti belajar.
“Mengapa Gus Dur lain dari pada yang lain. Beliau istiqamah belajar,” ujar Gus Mus dalam penutupan Temu Nasional (Tunas) Jaringan Gusdurian 2022 di Asrama Haji Surabaya (16/10/22).
Menurut Gus Mus, berdasarkan pengamatannya, beberapa orang yang baru lulus sekolah atau pesantren lalu berhenti belajar. Saat menjadi ustadz, akhirnya malah meresahkan umat.
“Banyak yang baru Aliyah berhenti belajar, akhirnya jadi ustadz yang meresahkan umat,” lanjut Gus Mus.
Gus Mus juga bercerita bahwa ia sering dicuekin Gus Dur saat di Mesir karena presiden ke-4 itu sering membaca buku.
”Saat menunggu bus, Gus Dur membawa buku untuk dibaca. Pokoknya nggak berhenti sebelum titik. Saya baru diajak ngobrol setelah titik,” ujar Gus Mus.
Akibat sering dicuekin itu, Kata Gus Mus, ia rajin membaca setelah terpengaruh Gus Dur. Jika Gus Dur mengajaknya bepergian, Gus Mus pun mulai membawa buku dan melakukan hal yang sama dengan Gus Dur.
Gus Mus berpesan, jika ingin mengikuti Gus Dur, maka Gusdurian juga perlu terus belajar.
Keempat, istiqamah.
Gus Mus bercerita bahwa Gus Dur adalah sosok yang istiqamah.
Gus Mus adalah orang yang paling lama mengenal Gus Dur, dari mulai di Mesir, saat menjadi ketua DKJ (Dewan Kesenian Jakarta), hingga menjadi presiden. Semua pemikirannya sama, tentang kemanusiaan.
Bahkan menurut Gus Mus, dari mulai sehat sampai sakit, perbincangan Gus Dur tidak pernah berubah.
Gus Mus berpendapat, salah satu kunci agar bisa istiqamah adalah tidak berlebih-lebihan.
“Kalau ingin istiqamah, jangan berlebih-lebihan dalam segala hal,” terang putra ulama ternama, K.H Bisri Mustofa ini.
Termasuk, sebut Gus Mus, istiqamah yang dimiliki Gus Dur adalah istiqamah dalam belajar.
Kelima, berani.
Gus Dur adalah orang yang paling berani. Dia tidak peduli dengan caci maki, perundungan, hingga ancaman pembunuhan. Sekali ia memiliki pendapt, ia tidak takut mengutarakannya.
Hal ini juga diungkap oleh Gus Mus. Menurutnya, secara pemikiran dan pendapat Gus Dur memiliki kesamaan dengan paman Ketua Umum PBNU Gus Yahya ini. Hanya saja yang membedakan dirinya dengan Gus Dur adalah keberanian.
“Beda saya dengan Gus Dur cuma satu, dia berani, saya tidak berani,” ujar Gus Mus.
Perihal keberanian ini, Gus Mus tidak bisa mewajibkan kepada seluruh pengagum Gus Dur, Gus Durian. Karena ia juga tidak melakukannya.
Istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menambahkan, salah satu ciri khas Gus Dur yang jarang disorot adalah “berlebih-lebihan”.
“Gus Dur itu berlebih-lebihan, kalau pergi berlebih-lebihan, nggak pulang-pulang,” terang ibu Sinta diikuti gelak tawa hadirin. (AN)