10 Resep Pembersih Dosa dan Penyakit Hati

10 Resep Pembersih Dosa dan Penyakit Hati

Inilah 10 Resep untuk membersihkan penyakit hati dari Imam Hasan al-Bashri

10 Resep Pembersih Dosa dan Penyakit Hati

Era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjanjikan segudang kemudahan. Namun di sisi lain juga memunculkan berbagai mudharat yang kian tak terbendung. Fenomena pesan hoax berantai dan hate speech secara masif menggurita dan memenuhi akun media sosial kita.

Kebebasan berpendapat dan berekspresi ditafsirkan secara sempit dan sepihak dengan menebar kebencian di media sosial, inilah fenomena gaya baru keringnya hati sanubari dari nilai-nilai luhur kemanusiaan dan cahaya ketuhanan. Sehingga yang dikedepankan adalah prasangka dan nafsu sesaat yang membelenggu, bukan pemupukan tradisi tabayyun yang dapat mencerahkan.

Hati dalam khazanah Islam memiliki posisi yang mulia, apabila hati seseorang baik maka segala yang dilakukannya adalah kebaikan. Sebaliknya jika hatinya buruk, maka segala yang dilakukannya juga adalah keburukan. Rasulullah Saw bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati.” (HR. Muslim).

Dapat dipahami bahwa hati memiliki kedudukan sebagai kompas dalam menentukan munculnya suatu tindakan. Hati yang suci dan bersih akan menjauhkan dari segala bentuk keburukan. Sehingga diperlukan sebuah formula agar hati senantiasa bersih dan terhindar dari penyakit hati. Resep tersebut dapat kita temukan dalam kisah yang dialami oleh Hasan Basri.

Dikisahkan Hasan Basri berkata, pada suatu hari aku mengelilingi kota Basrah dan pasarnya bersama seorang pemuda ahli ibadah. Di tengah perjalanan bertemu seorang tabib. Dia duduk di sebuah kursi yang di hadapannya ada banyak orang, laki-laki maupun wanita serta anak-anak, yang semuanya membawa botol berisi air. Setiap orang dari mereka bermaksud meminta obat yang tepat bagi penyakit yang mereka derita.

Selanjutnya majulah seorang pemuda yang ahli ibadah itu kepada tabib tersebut, lalu berkata: “Wahai tabib apakah engkau mempunyai ramuan obat yang dapat membersihkan dosa dan mengobati penyakit hati?”, tabib tadi berkata: “Punya”. Pemuda tadi berkata lagi: “Tolong berilah aku obat tersebut.”

Kemudian tabib tersebut menjawab, ambillah 10 resep dariku berikut ini: Pertama, ambillah akar pohon kefakiran dan akar pohon ketawadhu’an, kefakiran adalah merasa diri tidak mempunyai apa-apa, karena semua hanya titipan Allah SWT. Sedangkan tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan tidak sombong.

Kedua, masukkan akar taubat ke dalamnya, taubat adalah merasa bersalah, sehingga memohon ampunan dan berjanji tidak mengulangi keburukan lagi.

Ketiga, masukkanlah ketiga unsur itu ke dalam lesung ridha, yaitu sikap menerima segala ketentuan Allah dengan lapang dada dan senang hati.

Keempat, tumbuklah sampai halus dengan alu qana’ah, yaitu sikap penerimaan dan merasa cukup.

Kelima, masukkan semua itu dalam panci taqwa, yaitu menjalankan segala sesuatu yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Keenam, tuangkan air malu ke dalamnya, yaitu malu untuk berbuat kejelekan yang menghantarkan kepada kehinaan.

Ketujuh, didihkan semua itu dengan api mahabbah, api cinta yang memunculkan kecenderungan hati untuk selalu dekat dengan yang dicintainya, yaitu Allah Swt.

Kedelapan, tuangkan semua itu ke dalam mangkok syukur, yaitu pengakuan dan ucapan terima kasih atas segala nikmat dan karunia Allah Swt.

Kesembilan, dinginkan apa yang di dalam mangkuk itu dengan kipas raja’, yaitu mengharapkan keridhaan dan rahmat Allah Swt.

Kesepuluh, minumlah semua itu dengan sendok pujian, yaitu totalitas pengakuan terhadap segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah Swt.

Jika resep tersebut dapat dilaksanakan, maka akan menyelamatkan diri dari berbagai jenis penyakit hati dan musibah di dunia dan di akhirat. Manusia kekinian sering menafikan hati dan gegabah dalam bertindak. Dengan resep tersebut, semoga menjadi bahan refleksi dan renungan demi terwujudnya pribadi insan kekinian yang berkualitas. Wallahu a’lam.

 

Disarikan dari: Imam Nawawi Al-Bantani. 2012. terjemahan Fuad Kauma. Nashaihul ‘Ibad; Menjadi Santun dan Bijak. Bandung: Irsyad Baitus Salam.